http://msp1152dias.blogspot.com/
MANAGEMENT AQUATIC RESOURCES
Rabu, 10 April 2013
MAKALAH KULIAH SIG
PENGGUNAAN
SIG DALAM BIDANG PERIKANAN DAN KELAUTAN
Rusdy S.Pi
M.si
OLEH:
RONI MARTIN SINAGA
110302043
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya
sehingga karya ilmiah yang berjudul
“Penggunaan SIG dalam Bidang Perikanan dan kelautan” telah selesai dikerjakan
pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimah kasih kepada Rusdy selaku dosen
mata kuliah Budidaya Perairan yang telah
banyak mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan karya
ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terimah
kasih kepada orang tua dan rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dorongan
dan masukan pada penulis. Penulis berharap semoga laporan ini berguna dan
bermanfaat dalam pengembangan umum, khususnya bidang perairan. Sekian dan
terimah kasih.
Medan, April
2013
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi
akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan
cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling,
dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua
massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan
dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara
spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini
akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai
contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada
kisaran suhu 18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3
mg m-3. Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang
bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi
SIG. Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan
dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya
pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling
berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan
banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa
jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan
musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran
solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak
ikan.
Dunia
kelautan merupakan dunia yang sangat dinamis, disini hampir semunya bergerak
kecuali dasar lautan. Di wilayah yang merupakan bagian bumi terbesar ini,
terdapat banyak sumber daya alam yang bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi
untuk suatu daerah atau pemerintahan, contohnya adalah sumber daya ikan.
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas dan memiliki sumber daya
perikanan yang sangat besar juga. Dengan luas lautan sekitar 5,8 juta km2 dan
panjang pantai kurang lebih 81.000 km, maka potensi pendapatan ekonomi dari
bidang perikanan akan sangat besar sekali.
potensi
sumber daya perikanan di Indonesia adalah 6.1 juta ton per tahun dan baru termanfaatkan
sekitar 57%. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam eksploitasi sumber daya
ikan2 tersebut menyebabkan tidak optimumnya pemanfaatan sumber daya ikan yang
ada. Pemanfaatan suatu teknologi seperti Sistem Informasi Geografis untuk
perikanan di harapkan dapat mampu memberikan suatu gambaran dan suatu tampilan
spasial tentang sumber-sumber atau spot-spot perikanan di wilayah indonesia
yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor lingkungan yang mendukung tempat hidup
dan berkumpulnya berbagai jenis ikan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan hasil penangkapan ikan.
SIG
perikanan lebih sering bermain dengan bentuk data raster. Data2 SST, klorofil
dll tersebut merupakan suatu data dari citra satelit yang berbentuk raster.
Data raster mempunyai kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya
berinteraksi dengan data atribut. Data bentuk raster membutuhkan tempat
penyimpanan yang sangat besar sehingga boros hardisk, data raster juga
merupakan data angka per pixel sehingga tidak bisa di gabung dengan data tabel,
keadaan ini terjadi apabila data raster tersebut bersifat degradasi. Untuk bisa
menggabungkannya dengan data tabel harus di reklasifikasi terlebih dahulu,
sehingga membentuk ID2. Interkasi data atribut dengan data spasial sangat
berguna pada lokasi pendaratan ikan, dimana pelaporan secara berkala tentang
hasil penagkapan ikan akan memberikan informasi wilayah penghasil ikan terbesar
dan informasi tentang pemanfaatan potensi perikanan yang ada disekitar lokasi
pendaratan kapal.
Tujuan
Tujuan dilakukannya pembuatan
aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan :
- Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap
- jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar.
- Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan
- mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar
Manfaat
Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik
adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja)
kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang
mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
ISI
Pengertian SIG
Sistem informasi geografi merupakan
suatu interaksi antara data-data atribut dan data spasial yang bereferensi
geografi. Keunggulan SIG ini dapat dijadikan masukan berharga bagi para nelayan
atau pengusaha perikanan untuk mengetahuai lokasi-lokasi penangkapan ikan
SIG adalah sistem yang berbasiskan
komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi
informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan
dan menganalisa objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan
karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian,
SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam
menangani data yang bereferensi geografi: masukan, manajemen data
(penyimpanan dan pemanggilan data), analisis dan manipulasi data,
keluaran.
Pengembangan SIG untuk kelautan
mempunyai dua kendala umum, pertama bahwa dasar-dasar perkembangan SIG adalah
untuk keperluan analisis keruangan pada suatu lahan (land-based sciences),
kedua analisis SIG untuk laut lebih banyak menggunakan 3D, sedangkan SIG
sendiri masih kurang mampu mengaplikasikan 3D secara baik pada daerah2 yg luas
Secara prinsip tujuan umum pemrosesan data pada
teknologi SIG yaitu mempresentasikan :
- Input
- Manipulasi
- Pengelolaan
- Query
- Analysis
- Visualisasi
Konsep SIG
Sumber data untuk keperluan SIG
dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial
ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software
tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa
informasi yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai
keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user,
dapat dilihat pada gambar berikut:
Komponen SIG
Komponen utama Sistem Informasi
Geografis dapat dibagi kedalam lima komponen utama yaitu :
- Perangkat keras (Hardware)
- Perangkat Lunak (Software)
- Pemakai (User)
- Data
- Metode
Untuk mendukung suatu Sistem Informasi
Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:
- Data spasial, yaitu data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
- Data non-spasial, disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satu software SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.
Kesempatan kali ini membahas Aplikasi SIG di Bidang Kelautan dan Perikanan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi di lingkungan :
- suhu permukaan laut (SST),
- tingkat konsentrasi klorofil-a,
- perbedaan tinggi permukaan laut,
- arah dan kecepatan arus dan tingkat produktifitas primer.
Di bawah ini disajikan salah satu
contoh aplikasi penggunaan SIG dan inderaja pada penangkapan ikan tuna di laut
utara Pasific. Disini terlihat bahwa dua database (satelit dan perikanan
tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial analysis daerah penangkapan
ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu
suhu permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS),
perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA) dan eddy kinetik energi (EKE)
(AVISO). Parameter pertama (SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian
kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna; sedangkan parameter
yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat produktifitas perairan yang
berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan; sementara parameter yang ketiga
berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy dan
upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat
daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan. Data
penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada peta yang ditunjukkan dengan tanda
panah) diplot pada peta lingkungan yang dibangkitkan dari citra satelit.
Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan peta prediksi hasil
tangkapan.
Informasi bahwa ikan tuna tertangkap
dalam jumlah yang besar (terkonsentrasi) pada posisi sekitar 35oLU dan 160oBT
bersesuaian dengan kondisi SST sekitar 20oC dan berassosiasi dengan tingkat
klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3. Konsentrasi ikan tersebut berada pada posisi
positif anomaly permukaan laut (warna merah) yang bertepatan dengan kondisi EKE
yang relatif lebih tinggi. Dari Gambar itu terlihat bahwa prediksi hasil
tangkapan dengan peluang yang tinggi (dikenal dengan istilah habitat hotspot)
juga menkonfirmasi daerah produktif tersebut. Setiap spesies ikan mempunyai
karakteristik oseanografi kesukaannya sendiri dan cenderung menempati daerah
tertentu yang bisa dipelajari. Hal ini dapat diketahui dengan pendekatan SIG
dan inderaja multi-layer tersebut.
Contoh lain aplikasi SIG di selatan pulau Hokkaido,
Jepang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Peta ini menunjukkan berbagai
informasi spasial yang bisa kita pahami tentang perikanan tangkap di sekitar
pulau tersebut, khususnya perikanan cumi-cumi. Disni peta SIG menggambarkan
dimana posisi pelabuhan perikanan (fishing port), jarak antara fishing
ground (daerah penangkapan) dan pelabuhan, distribusi hasil tangkapan,
jumlah kapal yang tersedia. Dari informasi ini dapat dilihat bahwa distribusi
musiman daerah penangkapan, hasil tangkapan dan jumlah kapal penangkap akan
menghasilkan informasi tentang jalur migrasi spesies cumi-cumi tersebut yaitu
cenderung ke utara pada bulan Juni dan kembali ke selatan pada bulan November.
PENUTUP
Pengetahuan
dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara
spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini
akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentSIG perikanan
lebih sering bermain dengan bentuk data raster. Data2 SST, klorofil dll
tersebut merupakan suatu data dari citra satelit yang berbentuk raster.Data
raster mempunyai kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya
berinteraksi dengan data atribut.
Sumber data
untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey
kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium
atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya
untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa peta
konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka
harus ada input kebutuhan yang diinginkan user,
DAFTAR
PUSTAKA
ANONIMOUS. 2009. PENGENALAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
http://sapoelidie.webatu.com/sistem_informasi_geografis.php. (diakses
pada tanggal 10 April 2013.
FAUSAN. 2011. PEMETAAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALAN BERBASIS
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. santi9f.wordpress.com/manfaat-sig ( diakses pada tanggal 10 April 2013 ).
ROMENAH. 2009. SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. andimanwno.files.wordpress.com/.../sistem-informasi-geografis.
(diakses pada tanggal 10 April 2013).
WAHYUNINGRUM., I., PRIHATIN. 2001. STUDI EVALUASI KESESUAIAN WILAYAH
TELUK LAMPUNG UNTUK BUDIDAYA TELUK LAMPUNG DENGAN PEMANFAATAN PENGIDERAAN JAUH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG). repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/.
(diakses pada tanggal 10 April 2013).
Langganan:
Postingan (Atom)